ACTION

Senin, 15 Oktober 2012

Go....Green INDONESIA

Pemanasan Global Ancam Keberlangsungan Spesies di Kalimantan Hutan tropis di Kalimantan Suhu yang menghangat di Samudera Hindia dan tingginya frekuensi El Nino menyebabkan kondisi kering di hutan Kalimantan. Ini menyebabkan beberapa spesies terancam keberlangsungan hidupnya karena sulit beradaptasi dengan panasnya Bumi. Menurut hasil penelitian yang diterbitkan Journal of Geophysical Research-Biogeosciences, deforestasi menyebabkan hutan Kalimantan sudah terlalu rusak. Masa depan hutan ini sekarang mulai meredup. "Bahkan spesies pohon yang bisa beradaptasi dengan cuaca kering masih berisiko punah," demikian pernyataan yang dirilis American Geophysical Union (AGU), Rabu (18/7). "Sebagian kecil spesies yang tidak bisa beradaptasi, berada dalam risiko terancam punah lebih besar." Hasil ini tidaklah mengejutkan karena pernah terjadi di Hutan Amazon, Amerika Selatan. Ada spesies yang sulit beradaptasi dengan kekeringan dan kebakaran hutan. Dikatakan Ismayadi Samsoedin dari Badan Litbang Kementerian Kehutanan, memang ada beberapa spesies yang kini masuk endangered di Kalimantan. "Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) yang dulu terkenal di Kalimantan Timur kini jadi berkurang populasinya karena perubahan iklim," katanya saat berbincang dengan National Geographic Indonesia, Kamis (19/7). Anggrek hitam (Coelogyne Pandurata) Anggrek ini hanya tumbuh di Pulau Kalimantan dan menjadi maskot Provinsi Kaltim. Meski masih bisa ditemukan di cagar alam Kersik Luway, jumlahnya dalam tahap yang memprihatinkan. Kayu ulin atau kayu besi (Eusideroxylon zwageri) juga masuk dalam spesies yang nyaris musnah. Kelangkaan kayu ini bahkan lebih terasa karena mengandung nilai ekonomi tinggi. "Buah-buahan liar seperti rambutan, durian, dan menteng hutan, juga terancam populasinya karena proses pengambilan yang kurang baik dari warga sekitar," tambah Ismayadi. Sayangnya dengan kondisi semacam ini, Kemenhut sulit menerapkan kebijakan sebagai bentuk pencegahan perusakan lebih lanjut. Sejak otonomi daerah diterapkan sepuluh tahun lalu, Kemenhut hanya bisa memberi saran atau masukan. Jika pun ada Keputusan Menteri (Kepmen), belum ada yang sifatnya nyata untuk konservasi tumbuhan yang belum dikenal. Malah, saat ini lebih subur pembangunan tambang batu bara, penebangan hutan untuk kelapa sawit, dan perkebunan karet. "Hingga saat ini belum ada Kepmen yang bisa menjaga hutan Kalimantan dengan baik," ujar Ismayadi. Sumber berita: National Geographic Diposkan oleh Melinda Rachman di 08:23 Tidak ada komentar: Label: for your info, studi kasus 31 Maret 2012 Earth Hour 2012 sumber: Google Tahun 2012 ini adalah tahun ke empat dimana Indonesia berpartisipasi event Earth Hour dengan tema: "Ini Aksiku Mana Aksimu". Untuk di Jakarta, terdapat lima ikon yang mematikan lampunya sebagai dukungan kampanye Earth Hour. Lima ikon Jakarta itu yakni gedung balaikota Provinsi DKI Jakarta, Monas dan air mancurnya, air mancur patung Arjuna Wijaya di depan Kementerian Pariwisata dan Perekonomian Kreatif, air mancur Bundaran Hotel Indonesia, dan Patung Pemuda di kawasan Senayan. Gubernur DKI Jakarta, Foke, menyatakan kampanye Earth Hour merupakan upaya untuk mengubah perilaku masyarakat lebih menghemat energi. Yang tadinya 7 kota, tahun ini bertambah menjadi 26 kota di seluruh Indonesia. Dukungan juga dilakukan oleh salah satu mall di kawasan Jakarta Barat dengan mengadakan Flash Mob sebagai penyambutan terhadap kampanye Global EARTH HOUR CAMPAIGN 60+. Dengan sosialisasi seperti ini diharapkan gaya hidup masyarakat yang modern dapat disesuaikan dengan gaya hidup ramah lingkungan. Flash Mob yang dipimpin oleh Irwin Jackson (presiden komunitas Michael Jackson Indonesia) dengan lagu yang berjudul "Earth Song" ini mempunyai tujuan yaitu agar masyarakat menghentikan pengrusakan bumi dan bahwa memperbaiki bumi bukanlah tugas pemerintah, organisasi, atau kelompok tertentu, melainkan kita sendiri. Dan tahun ini pula, Go Green Indonesia mendapatkan kesempatan untuk diwawancara oleh Koran Jakarta (31/03/12) mengenai Earth Hour. Hal kecil yang sampai sekarang ini kami bisa lakukan adalah terus mengajak keluarga, teman-teman, dan keluarga untuk berpartisipasi dalam event Earth Hour. "Seharusnya Earth Hour ini sudah menjadi lifestyle, tidak hanyak satu jam dalam setahun. Masyarakat yang mengetahui seharusnya lebih peduli lagi. Ditambah lagi sudah banyak perusahaan-perusahaan yang mengambil tema go green dalam produknya. Sehingga secara sadar atau tidak, masyarakat sudah tau adanya kampanye global warming ini. Jangan berhenti dengan gerakan yang sudah ada, karena dengan banyaknya komunitas go green seperti ini otomatis akan memberi motivasi kepada orang lain untuk bersama-sama menjaga bumi". -Go Green Indonesia. Koran Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More